http://istislahh.blogspot.com/ istislah.com: Asal Usul Istana Dalam Loka (Sumbawa Besar, NTB)

Sabtu, 25 Januari 2014

Asal Usul Istana Dalam Loka (Sumbawa Besar, NTB)



pengan tau asal usul istana dalam loka (sumbawa besar , NTB...mari gan ane jelasin hehehe :)

     Lokasi Istana Dalam Loka pada saat ini terletak di dalam Kota Sumbawa Besar, menunjukkan bahwa kota ini memang sejak dahulu kala merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian di wilayah tersebut. Istana Tua “Dalam Loka” dibangun pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III, tepatnya pada thun 1885. Sebelum istana ini dibangun, kerajaan Sumbawa telah beberapa kali berganti istana, antara lain pernah dikenal “Istana Gunung Setia,” “Istana Bala Balong dan Istana Bala Sawo”.

 “Dalam loka” berbentuk rumah panggung kembar, disangga 99 tiang jati yang melambangkan 99 sifat Allah (Asma’ul Husna). Istana ini selain untuk menempatkan raja pada posisi yang agung, juga sebagai pengganti Istana Bala Sawo yang hangus terbakar letusan bubuk mesiu logistik kerjaan. Bangunan Bala Rea ini menghadap ke selatan lurus kedepan alun-alun, ke arah bukit Sampar yang merupakan situs makam para leluhur, Pemilihan selatan sebagai arah hadap rumah pun memiliki makna tersendiri. Berdasar hukum arah mata angin, selatan dipercaya dapat memberikan suasana sejuk, tenteram, damai, dan nyaman. Tidak hanya itu, selatan pun bermakna menatap pada masa lalu yang bila diartikan pemimpin harus memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menyikapi masa lalu yang bisa dibawa ke masa kini.. Disebelah barat alun-alun terdapat Masjid kerajaan, Masjid Nurul Huda yang masih berdiri hingga sekarang, dan di sebelah timur komplek istana mengalir sungai Brang Bara ( sungai di sekitar kandang kuda istana).

Bahan baku pembangunan istana Dalam Loka ini sebagian besar didatangkan dari pelosok-pelosok desa di sekitar istana. Khusus untuk kayu jati ukuran besar didatangkan dari hutan Jati Timung, sedangkan atapnya yang terbuat dari seng didatangkan dari Singapura. Pekerjaan pembangunan istana ini dipimpin oleh Imam Haji Hasyim.

Bala Rea ini memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing. Antara lain sebagai berikut :

1. Lunyuk Agung, terletak di bagian depan. Merupakan ruangan tempat dilangsungkannya musyawarah, resepsi, dan serangkaian kegiatan penting lainnya.
2. Lunyuk Mas, adalah ruangan khusus bagi permaisuri, para isteri menteri dan staf penting kerajaan ketika dilangsungkan upacara adat. Letaknya bersebelahan dengan Lunyuk Agung.
3. Ruang Dalam sebelah barat, terdiri dari kamar-kamar yang memanjang dari arah selatan ke utara sebagai kamar peraduan raja (Repan) yang hanya di sekat kelambu dengan ruangan sholat. Di sebelah utara Ruang Dalam merupakan kamr tidur Permaisuri bersama dayang-dayang.
4. Ruang Dalam sebelah timur, terdiri atas empat kamar, diperuntukkan bagi putra/putri Raja yang telah berumah tangga. Di ujung utaranya adalah letak kamar pengasuh rumah tangga.
5. Ruang Sidang, terletak pada bagian utara (bagian belakang) Bala Rea. Pada malam hari ruangan ini digunakan sebagai tempat tidur para dayang.
6. Dapur terletak berdampingan dengan ruang perhidangan.
7. Kamar mandi, terletak di luar ruang induk, yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
8. Bala Bule, letaknya persis di depan ruang tamu permaisuri (Lunyuk Mas), berbentuk rumah dua susun. Lantai pertama yang sejajar dengan Bala Rea sebagai tempat putra/putri raja bermain, sedangkan lantai dua untuk tempat Permaisuri beserta istri para bangsawan menyaksikan pertunjukkan yang dilangsungkan di lapangan istana.
Diluar bangunan Bala Rea yang kini dikenal sebagai Dalam Loka, sebagai kesatuan dari keseluruhan komplek Istana (Dalam), pada zaman dahulu masih terdapat beberapa bagian penting istana, yakni Keban Alas (kebun istana), Bala Buko (gapura) tembok istana, Bale Jam (rumah jam), tempat khusus diletakannya lonceng kerajaan.
Sejak dibangunnya istana baru, pada tahun 1932 (istana kerjaan yang sejak tahun 1954 difungsikan sebagai rumah dinas “Wisma Praja” Bupati Sumbawa), keadaan Bala Rea sebagai bangunan utama dari komplek istana dalam loka, sudah tak layak ditempati dan mulai ditinggalkan keturunan kerjaan sebagai penghuninya sehingga terlantar begitu rupa. Maka tak heran bila ketika mulai dipugar kembali oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 1979, melalui Proyek Sasana Budaya-Budaya sejak tahun anggaran 1979/1980 sampai dengan tahun anggaran 1984/1985 ,kondisinya sedemikian memprihatinkan—semak belukar menutupi keseluruhan areal Bala rea ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar